Entri Populer

Minggu, 26 Desember 2010

Psikology dalam Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, metakognisi belum begitu eksis layaknya dalam dunia psikologi. Terbukti dengan adanya kontroversi yang dilakukan banyak orang terhadap istilah metakognisi yang dimunculkan oleh Flavell (1976). Apalagi dalam dunia matematika yang hingga saat ini benar-benar membutuhkan pengarahan dan bantuan ilmu psikologi agar matematika dapat diajarkan dengan enjoy dan nyaman kepada siswa. Tentunya diharapkan mampu membongkar paradigma bahwa matematika adalah sesuatu yang menyeramkan dan menakutkan sehingga perlu jangan didekati.
Metakognisi menurut definisi para ahli yaitu:
Livingston (1997) menyatakan bahwa: metacognition refers to higher order thinking which involves active control over the cognitive processes engaged in learning. Activities such as planning how to approach a given learning tasks, monitoring comprehension, and evaluating progress toward the completion of a task are metacognitive in nature.” metakognisi merujuk kepada pemikiran orde tinggi yang melibatkan kontrol yang aktif selama proses kognitif terlibat dalam pembelajaran. Kegiatan seperti perencanaan bagaimana pendekatan tugas-tugas belajar yang diberikan, pemantauan pemahaman, dan mengevaluasi kemajuan terhadap penyelesaian tugas adalah metakognitif di alam.”

O’Neil and Brown (1997) menyatakan bahwa metakognisi sebagai proses dimana seseorang berpikir tentang berpikir dalam rangka membangun strategi untuk memecahkan masalah.
John Flavel (1976) mengartikan metakognisi sebagai pengetahuan seseorang tentang proses kognitifnya.
Wellman (1985) menyatakan bahwa metacognition is a form of cognition, a second or higher order thinking process with involves over cognitive processes. It can be simply defined as thinking or as a “person’s cognition about cognition”.
Secara pribadi, saya mengartikan metakognisi sebagai kesadaran seseorang dalam proses berpikirnya. Proses berpikir ini mengenai pengetahuan yang akan diketahuinya atau pengetahuan yang telah dimilikinya.
Bermula dari pengertian metakognisi tersebut, kemudian yang menjadi pembahasan selanjutnya, bagaimanakah cara menumbuhkan metakognisi siswa untuk belajar matematika?
Terkadang setelah mendengar matematika, orang merasa ada hal yang begitu berbahaya sehingga terkesan menakutkan. Padahal, matematika merupakan hal yang begitu nikmat untuk diselami lebih dalam. Karena itulah, peran guru untuk memberikan nuansa ceria, riang, dan menggembirakan pada saat pembelanjaran matematika itu berlangsung. Ini pun kaitannya dengan upaya menumbuhkan metakognisi siswa dalam belajar matematika.
Sebagai wacana, saya mencoba memberikan masukan tentang penyampaian pembelajaran matematika. Pertama, penggunaan bahasa matematika yang bersahabat dapat membantu merangsang berpikirnya siswa tentang materi matematika yang disampaikan. Lebih elegan, dapat dikatakan penyampaian pembelajaran matematika secara realistik dan nyata dalam kehidupan siswa. Karena dunia matematikalah yang kita bawa/kenalkan ke dunia siswa. Kedua, pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang metakognisi siswa oleh guru. Contoh: setujukah kamu dengan pernyataan tersebut? Berikan alasan setuju/tidak setuju. Bagaimana penggunaan rumus ini ke kehidupanmu?
Ketiga, membantu siswa untuk dapat mengolah pribadinya agar dapat belajar dengan nyaman. Karena proses berpikir siswa pun tergantung pribadinya untuk bersemangat dalam belajar. Sebagai upaya untuk meningkatkan pengelolaan diri dalam belajar dapat dicontohkan seperti yang diungkapkan oleh Ormrod (2003, 357), sebagai berikut:
a. Memberi semangat pada siswa untuk memilih dan memonitor beberapa tujuan belajar yang diinginkan.
b. Memberi kesempatan pada siswa untuk belajar dan berprestasi secara optimal tanpa ada tekanan dari luar.
c. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan aktivitas yang melibatkan tujuan belajarnya, pengelolaan strategi, dan waktu belajar.
d. Membantu melengkapi sarana belajar yang dibutuhkan.
e. Memberi kesempatan pada siswa untuk berpikir kritis dan memberikan umpan balik atas usaha yang dilakukannya.
f. Meminta siswa melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah diperoleh apakah sudah sesuai dengan tujuan dan strandar yang telah ditetapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar